Tuesday, May 7, 2013

Belajar Dari Masa Kecil

Waktu kecil, aku pernah (bahkan sering) melakukan hal-hal yang menurut orang dewasa itu adalah sesuatu yang bodoh dan konyol. Salah satu, salah dua dan salah tiganya ada dalam kisah berikut ini. Contoh pertama, waktu aku masih TK, mungkin usiaku antara 4 atau 5 tahun, aku mengamati sebuah stop kontak. Kenapa setiap alat elektronik (tv, kulkas, kipas angin, radio tape) harus dicolokkan ke dalam sana jika ingin menyala. Aku ingin tahu, apa yang ada di dalam lubang itu. Akhirnya aku pernah coba-coba mendekatkan jari telunjukku ke dalam lubang stop kontak! Pasti kalian semua tahu apa yang terjadi padaku sepersekian detik setelah aku menyentuhnya. Ya, benar. Kesetrum! Hehe tapi dulu aku masih belum mengerti apa kesetrum itu. Yang aku rasakan, jariku tertahan di lubang kecil tersebut selama beberapa detik. Ada semacam aliran dahsyat tak berwujud tapi aku merasakan aliran tersebut menjalar sampai jantungku berdegup kecang. Baru setelah itu jariku bisa terlepas dari lubang menyeramkan itu. Seketika aku terduduk lemas dan masih deg-degan (Kalau ada cermin di dekat situ, pasti tampangku absurd banget deh). Terasa sakit yang belum aku kenal di jari-jariku, tidak seperti digigit ataupun terjepit. Setelah itu aku diam terduduk lemas dan gak bilang Ummi karena takut dimarahi. Yang ada di pikiranku waktu itu, makhluk misterius macam apakah yang tersembunyi di dalam lubang itu?? Langsung deh mengkhayal yang aneh-aneh. Haha Kalo dipikir-pikir sekarang, aku bersyukur banget. Alhamdulillah yaa.. Allah menyelamatkan nyawaku yang masih imut-imut dan polos ini. :Dv Di lain hari, aku sudah SD dan berusia sekitar 6 tahun. Aku sedang menginap bersama keluargaku di rumah nenek di daerah Karawang. Sekitar jam 7 malam, Ummi mau pergi membeli sesuatu di minimarket terdekat. Biasalah, anak kecil kan suka mau ikut-ikutan kemana ada orang yang mau pergi, apalagi aku belum tahu banyak tempat di daearah tersebut. Karena aku ke rumah nenek waktu lebaran saja. Aku selalu mengira kalau orang dewasa pergi keluar rumah, pasti jalan-jalan. Haha culun banget sih pemikirannya. Ketika aku dan Ummi sampai di depan pagar rumah, ternyata ada tukang kue putu yang sedang mangkal tak jauh dari rumah. Langsung deh merengek minta dibeliin kue itu sama Ummi. Akhirnya Ummiku yang baik hati setuju untuk beli kue itu. Kalian tahu kan, kue putu yang warna hijau dalamnya gula merah cair itu. Enak lho rasanya.hihihi Tapi kue putu itu belum ada yang sudah jadi dan kami harus menunggu abang tukang kue putu itu meraciknya terlebih dahulu. Yaa membutuhkan beberapa menit, dan aku yang mulai bosan kemudian memperhatikan lampu templok besar yang digunakan tukang kue putu itu sebagai penerangannya di malam hari. Lampu itu ditutupi kaca yang atasnya berlubang. Karena barang tersebut memang tidak ada di rumahku dan baru pertama kali aku lihat yang sebesar itu dari dekat. Rasa penasaranku mulai muncul. Dalam hati sambil berpikir “kaca itu panas gak ya? Tapi dia deket api, mungkin panas. Eh, tapi kan kalau bagian atasnya agak jauh dari api. Lagian, kacanya gak hitam kyak habis terbakar. Mungkin gak panas. ” Tanpa ba bi bu lagi, aku langsung menggenggam kaca penutup lampu templok itu tanpa ragu. Dan apa yang terjadi sodara sodaraaaa..???? DEMI TUHAAAAAN (Arya wiguna style) panas bangeeeettt. Langsung deh aku teriak refleks, panas campur sakit. Haha Ummi yang melihat aksi nekat (plus bodoh) itu langsung kaget dan panik. Tapi aku masih berlagak sok cool menahan sakit gitu. Gengsi juga kalau aku nangis di depan tukang kue putu. Pasti nanti ummi malah ngajak aku pulang dan gak jadi jalan-jalan malamnya. Dan itu berarti gak ada chiki atau es krim coklat malam itu. Akhirnya aku bilang ke Ummi dengan ekspresi sok kuat “Gak apa-apa Mi. Cuma panas dikit kok.” Padahal maaaahhh, dalam hati pengen lompat-lompat gak karuan. hadoooohh panas tingkat dewaa. Hahaha. Setelah itu, lanjut deh jalan ke minimarket sama Ummi. Tapi aku jadi gak selera lagi sama kue putu itu karena sibuk mengusap-usap tangan yang terasa melepuh itu ke baju. Dan rasa panasnya makin meningkat seiring berjalannya waktu. Boro-boro minta beliin Chiki atau es krim pas di minimarket. Pikiranku sudah pengen cepet pulang dan merendam tangan di kamar mandi. Hehe Lagi-lagi aku berterimakasih pada Allah yang masih membiarkan tanganku tumbuh dengan normal sampai saat ini. Alhamdulillaaah ^o^ Ternyata kalau diingat-ingat, banyak banget kejadian konyol yang aku alami waktu kecil selain menyentuh lubang stop kontak dan memegang kaca panas. Ketika aku masih SD juga. Mungkin usiaku sekitar 6 atau 7 tahun. Di sekolahku, ada pelajaran tentang kisah Nabi-Nabi. Waktu itu, guruku bercerita tentang Nabi Sulaiman yang punya kerajaan super besaaar. Kerajaannya indah, sampai-sampai Ratu Balqis yang punya kerajaan di Saba pun takjub ketika berkunjung kesana. Dia mengangkat bajunya ketika menginjakkan kaki di Istana Nabi Sulaiman yang berlantaikan kaca dan dibawahnya ada kolam dan banyak ikan yang berenang-renang di sana. Lagi-lagi aku berkhayal, seperti apa yaa wujud asli Istana Nabi Sulaiman yang berlantaikan kaca. Dalam pikiranku, “Emang ada ya kaca yang dijadikan lantai? Berarti kaca itu gak pecah dong kalau diinjak..” Karena Addini kecil itu adalah anak yang punya tingkat penasaran yang tinggi dan selalu ingin tahu, di otaknya langsung merencanakan eksperimen kalau sudah di rumah. Haha Kalian pasti tahu apa eksperimennya. Ya, Injak Kaca! Ketika sore menjelang, seperti biasa setelah mandi sore aku menyisir rambut di depan cermin. Aku jadi teringat dengan cerita guruku di sekolah. Tanpa pikir panjang, aku ambil cermin itu dari pakunya, dan aku letakkan tertidur di lantai. Awalnya aku agak ragu, takut kalau nanti kaca itu pecah jika aku injak. Tapi aku pikir, “Nabi Sulaiman dan seluruh orang di Istana itu yang injak kaca, tapi kacanya gak pecah. Aku kan lebih kecil dan lebih enteng dari Nabi Sulaiman, mungkin gak akan pecah..” setelah itu aku injakkan kaki kanan ke atas cermin. Satu detik pertama, kaca itu masih aman, tapi detik selanjutnya ketika aku mulai menginjakkan kedua kaki di atas kaca, langsung kaca itu retak dan menjalar seperti di danau es yang diinjak kemudian pecah di film-dilm luar negeri. Omaigaaaat...! Perasaanku campur aduk. Kaget, takut, deg-degan juga takut dimarahi. Kemudian Abi memergoki aku yang sedang melancarkan eksperimen konyol itu. Abi juga kaget “Maasya Allaaah..!” kemudian aku langsung diangkat abi dari cermin yang aku injak. Abi memeriksa telapak kakiku apa ada yang terluka kena pecahan kaca. Alhamdulillaaaah kembali aku bersyukur pada Allah, kakiku baik-baik saja. Abi tanya kenapa aku injak cermin dengan sengaja. Aku jawab dengan polosnya “mau ikutin Istana Nabi Sulaiman.” Abi cuma tersenyum dan langsung membersihkan pecahan kaca itu. Alhamdulillaaaaah gak dimarahin. Hehehe Itulah beberapa hal konyol yang aku lakukan semasa aku kecil. Seiring waktu dan pertumbuhanku, aku belajar lebih banyak hal. Aku jadi dapat ilmu baru. Ternyata di dalam stop kontak itu terdapat aliran listriknya, bukan monster penghisap darah. Ternyata kaca adalah penghantar panas yang baik, jadi kalau dekat sumber panas (api) dia akan ikut panas juga karena ada aliran kalornya. Ternyata tubuh kita memiliki massa dan cermin tidak cukup kuat menahan tekanan yang dihasilkan oleh massa tubuh dan gravitasi. Sehingga cermin tersebut bisa pecah. Tetapi selain penjelasan dari sudut pandang fisika, ada pelajaran lain yang aku dapat dari peristiwa itu. Aku di masa kecil adalah anak yang penuh rasa ingin tahu, mencoba banyak hal yang (sebenarnya) membahayakan diriku sendiri. Berinteraksi dengan aliran listrik, panas api, pecahan kaca, yang itu semua bisa saja melukai diriku sendiri. Tapi tanpa beban dan rasa takut, aku mencoba melakukan hal tersebut. Lalu mengapa ketika aku tumbuh besar, aku lebih banyak pertimbangan dalam mencoba hal baru. Ada banyak sekali kekhawatiran yang menggelayut dalam pikiranku. Takur Gagal, Takut Salah, Takut ditertawakan orang lain, Takut dicemooh, dan berbagai macam ketakutan lainnya. Kekhawatiran yang masih dalam pikiran dan sebenarnya belum terjadi atau bahkan tidak terjadi. Mengapa aku tidak belajar dari masa kecilku yang tidak takut untuk mencoba hal baru yang menarik perhatian, tanpa dipenuhi bayang-bayang kehawatiran akan kegagalan. Selalu berpikir positif dan selalu berani belajar untuk sebuah pengalaman yang baru dan akan menjadikannya sosok yang kuat dan mandiri tanpa ada rasa takut terhadapa apa yang belum terjadi. Allah yang menciptakan rasa takut dalam diri manusia, Allah pula yang akan memberikan solusi jika terjadi masalah. Jadi, kenapa harus takut jika kita tawakkal kepada Allah.. ^^

2 comments:

  1. Nice story...

    Salam buat Abah ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siip, insyaAllah disampaikan.
      makasih sudah berkunjung ya kaka :)

      Delete